Pengumuman

Hadiri dan meriahkanlah Haol Akbar Syaikhona Al-Adzim Al-Habib Muhsin Ali Al-Hinduan R.A di-Kota Sumenep

Senin, 06 April 2009

Mengenal Bahasa Arab Amiyah Mesir (Bagian 1)

Alhamdulillah bisa ngeblog lagi. Nah sekarang admin akan membahas tentang Bahasa Arab aja

Bahasa Arab adalah bahasa yang masuk dalam sub-rumpun Semit dari Hamito-Semit atau Afro-Asiatik. Bahasa ini termasuk dalam bahasa klasik yang paling luas penggunaannya di dunia ini dari pada bahasa-bahasa klasik lainnya, seperti bahasa Latin, bahasa Sansekerta, bahasa Ibrani dan bahasa lainnya. Mengapa? Karena bahasa ini merupakan bahasa al Qur-an yang dibaca oleh berjuta-juta kaum muslimin di penjuru alam ini, yang kemudian mereka gunakan dalam penulisan maupun pembahasan masalah-masalah yang masih terkait dengan agama.

Setiap bahasa digunakan oleh orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Masyarakat bahasa Arab adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Arab. Sebagai salah satu bahasa besar dunia, masyarakat bahasa Arab menyebarluaskan di dua benua, Asia dan Afrika. Selain itu, bahasa Arab juga digunakan sebagai bahasa resmi di sekitar 22 negara yang total populasi pemakainya mencapai kurang lebih 120 juta orang. Anggota masyarakat suatu bahasa-termasuk bahasa Arab-biasanya beragam. Apakah itu dari segi status sosial, ataupun latar belakang budaya yang tidak sama.

Anggota masyarakat itu ada yang berpendidikan dan ada yang tidak, ada yang tinggal di kota dan ada yang tinggal di desa, ada yang dewasa dan ada yang anak-anak, ada yang berprofesi sebagai dokter, petani, pegawai kantor, nelayan, dan sebagainya. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi dan beragam.

Ada beberapa istilah tentang istilah variasi bahasa, yaitu idiolek, dialek dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat (dialek regional/area/geografi) atau suatu waktu (dialek temporal/kronolek). Adapun ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.

Bahasa Arab dilihat dari ragamnya dapat dibedakan ke dalam dua macam bentuk, yaitu

Pertama, bahasa Arab fusha (ragam standar). Menurut Emil Badi’ Ya’qub, bahasa Arab fusha adalah bahasa yang digunakan dalam al Qur-an, situasi-situasi resmi, penggubahan puisi, penulisan prosa dan juga ungkapan-ungkapan pemikiran (tulisan-tulisan ilmiah). Secara umum bahasa ini dapat diklasifikasikan dalam dua tingkatan, yaitu Bahasa Arab Klasik (Classical Arabic) yang digunakan dalam bahasa al Qur-an dan Bahasa Arab Standar Modern (Modern Standard Arabic) yang digunakan dalam bahasa ilmiah.

Kedua, bahasa Arab ‘amiyyah (ragam non-standar). Menurut Emil Badi’ Ya’qub, bahasa ‘amiyyah atau yang sering dikenal dengan al-Lahjah adalah bahasa yang digunakan dalam urusan-urusan biasa (tidak resmi), dan yang diterapkan dalam keseharian (istilah familiarnya bahasa gaul; yarab,,). Bahasa ini tidak lain adalah bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Adapun istilah-istilah lain yang sering digunakan oleh para ahli bahasa untuk menyebut jenis bahasa ini adalah as-Saykal al-Lughawi ad-Daraj, al-Lahjah as-Sya-i’ah, al-Lughah al-Muhakkiyah, al-Lughah al-’Arabiyah al-’Amiyah, al-Lahjah ad-Darajah, al-Lahjah al-’Amiyah, al-Lughah ad-Darajah, al-Kalam ad-Daraj, al-Kalam al-’Amiy, dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah lughatusy Sya’b. (Klo urusan arti2 kata2 diatas ampun deh,, pokoknya artinya gak jauh2 dari “bahasa umum/sehari-hari”)

Namun menurut saya (yarab..) pengertian sebagaimana yang diungkapkan oleh Emil Badi’ tersebut tidak selamanya benar, karena pada kenyataannya bahasa Arab ‘amiyyah pun telah merambah dan digunakan dalam bahasa-bahasa sastra seperti penggubahan puisi dan penulisan prosa, terlebih setelah terbentuknya negara-negara Arab merdeka.

Berdasarkan tempatnya (dialek geografi), bahasa Arab dibedakan ke dalam dialek Libanon, Iraq, Syiria, Algeria, Maroko, Libya, Sudan, Saudi Arabia, Palestina, dan Mesir (pontianak gak ada yah??). Lebih dari itu, setiap dialek tersebut ternyata memiliki sejumlah sub-sub dialek yang beragam pula. Semisal di dalam dialek Mesir (secara yee kita ngomongin ‘Amiyyah Mesir), ada dua bentuk dialek yang berbeda, yaitu dialek Mesir bagian Bawah/Hilir (Lower Egyptian) dan dialek Mesir bagian Atas/Hulu (Upper Egyptian).

Dari beragam dialek bahasa Arab tersebut memang terdapat perbedaan satu sama lain sehingga dimungkinkan mereka saling tidak memahami. Sebagai contoh antara bahasa Arab dialek Mesir (bAdM) dengan bahasa Arab dialek Syiria (bAdS). Dalam bAdM, kalimat “Apa yang sedang kamu lakukan?” diungkapkan dengan “biti’mel eh?“. Adapun di Syiria diungkapkan dengan “shu’am t’saawi?” Catatan bahwa hampir semua kata-kata dari kalimat tersebut jauh berbeda, yaitu kata kerja “mengerjakan” dalam bAdM “yi’mel” sedangkan dalam bAdS “yisaawi“, kata tanya “apa” dalam bAdM “eh” sedangkan dalam bAdS “shu“, konstruksi bentuk simple continuous tense “sedang” dalam bAdM mendapat awalan “bi” sedangkan dalam bAdS mendapat awalan “am“, dan perbedaan yang terakhir posisi kata tanya “apa” dan “ini”. Dalam bAdM penggunaan kedua kata tersebut cenderung diletakkan di belakang, sedangkan dalam bAdS sebaliknya. Sehingga ketika ingin mengungkapkan “Apa yang kamu inginkan?”, orang Mesir akan mengatakan “Ayiz eh?“, sedangkan orang Syiria akan mengatakan “shu bidak?“. Begitu pula ketika ingin mengungkapkan “Ini buku”, orang Mesir mengatakan “el-kitaab da“, sedangkan orang Syiria akan mengatakan “hal-kitab“. Walaupun memang ada yang mengatakan bahwa kedua bahasa dialek tersebut memiliki kesamaan dalam sintaksnya, akan tetapi dengan adanya perbedaan kosakata yang digunakan menjadikan mereka tidak saling faham.

Hal inilah yang menjadikan salah satu sebab munculnya kontroversi di kalangan masyarakat Arab sendiri tentang penggunaan bahasa ‘amiyyah itu sendiri. Di antara mereka ada yang sepakat dan ada pula yang tidak sepakat digunakannya bahasa ini. Mereka yang tidak sepakat sebagian besar berpendapat bahwa bahasa Arab fusha adalah bahasa Arab yang paling tinggi tingkatannya. Bahasa ini bahasa persatuan negeri Arab atau antar kaum muslimin di dunia. Adapun mereka yang sepakat dengan digunakannya bahasa Arab ‘amiyyah seperti digunakannya bahasa tersebut sebagai bahasa resmi negara, karena bahasa Arab akan mengalami stagnasi jika hanya bahasa fusha yang berlaku.

Menurut Wafy bahasa ‘amiyyah yang menjauh dari bahasa Arab fusha baik itu di Irak, Syam, Hijaz, Yaman, Mesir dan Maroko, sebenarnya hanya perbedaan kecil saja yaitu dalam sistem pembentukan kalimat, perubahan pembentukan, kaidah-kaidah isytiqaq (derivasi), jamak, ta’nist, sifat, nisbah, dan tashghir.

Hubungan antara bahasa Arab ‘amiyyah dengan bahasa Arab fusha seharusnya dapat dijelaskan secara gamblang. Dalam beberapa bahasa terdapat tingkatan kultur pemakaian dan macam fungsi. Agar penggunaan bahasa Arab lebih efektif maka salah satu caranya adalah kita harus tahu tentang tingkatan dan fungsi tersebut. Lebih dari itu, bahasa Arab selalu berubah di setiap abad. Oleh karena itu, secara garis besar kita mungkin dapat membedakannya sebagai berikut :

  1. Bahasa Arab Klasik atau Bahasa Arab Al Qur-an lebih mengacu secara spesifik pada grammar dan penggunaan Al Qur-an hingga sampai pada masa kekhalifahan.
  2. Bahasa Arab Formal Kontemporer lebih mengacu secara spesifik pada grammar bahasa Arab dan penggunaannya pada abad ke-20. Termasuk dalam kategori ini, kita mungkin saja menekankan penulisan bahasa Arab secara formal sekalipun terkadang menimbulkan sebuah kesalahan besar dengan mengabaikan penulisan secara informal atau spoken Arabic.
  3. Bahasa Arab ‘Amiyyah atau Spoken Arabic mengacu pada bentuk bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Perlu dicatat (klo emang perlu) bahwa bagaimanapun juga orang-orang Arab yang tak berpendidikan jarang sekali menggunakan bahasa formal dan klasik dalam percakapan mereka.

Tidak ada gunanya mengatakan bahwa tiga kategori tersebut saling tumpang tindih. Karena kategori-kategori ini dapat digunakan sebagai perbandingan dalam menentukan tipe bahasa Arab.

0 Comments:

Post a Comment



Pengumuman

Perkiraan biaya bagi satu peserta haol sekitar 1,2 juta rupiah. Bagi ikhwan dan akhwat yang ingin memeriahkan Haol sebagai bukti cinta pada sang Guru dapat mendaftarkan diri pada sekretariat Naqsyabandiyah Mudzhariyah dimasing-masing kota anda.Keberangkatan rencana nya tanggal 22 Juni 2009.